MALANG — Sekelompok mahasiswa Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya (FPIK Unibraw) Malang,
Jawa Timur, berhasil mengubah bakteri Bioluminescene menjadi lampu
hemat energi.
Mahasiswa FPIK Unibraw tersebut adalah Elok Fitriani Tauziat,
Nurhasna Fauziyyah, dan M. Alfian Arifin. Menurut Elok Fitria Tauziat,
juru bicara tim, sebuah lampu mampu menghasilkan 10,68 watt yang mampu
menerangi ruangan hingga 68 meter. “Daya terang lampu bahkan bisa
ditambah dengan memperbanyak bakteri di dalamnya,” kata Elok, Jumat
(15/5/2015).
Menurutnya, lampu hemat energi tersebut dibuat untuk mengatasi krisis
energi listrik seiring meningkatnya jumlah penduduk Indonesia. Dengan
pertambahan jumlah penduduk, maka kebutuhan energi juga akan semakin
meningkat. “Sebaliknya, ketersediaan pasokan energi listrik masih belum
mampu memenuhi kebutuhan,” jelas dia.
Inisiatif untuk menciptakan lampu hemat energi berbasis bakteri
Bioluminescence akhirnya muncul. Bakteri Bioluminescence merupakan
bakteri yang menempel di dalam tubuh cumi-cumi. “Bakteri ini mampu
mengeluarkan cahaya biru di dalam tubuhnya,” ujarnya.
Proses pembuatannya dilakukan dengan mengisolasi bakteri dari tubuh
cumi-cumi lalu membuat kultur dan memasukkan konsentrasi bakteri. Untuk
menjadi sebuah lampu, bakteri dimasukkan ke dalam sebuah alat bernama
biolie. Sebuah alat biolie memiliki konsentrasi bakteri 4,6×109 CFU/ml.
“Alat biolie ini terdiri dari lensa mika, serbuk kayu yang dipadatkan
serta aerator yang tidak memakai listrik dan air laut,” tambahnya.
Agar lampu bisa terus bercahaya, bakteri diberi nutrisi berupa bahan
organik dari sayuran yang difermentasi. Sayuran dicacah halus kemudian
diberi kecap, gula, dan EM4 lalu dikeringkan.
Lampu biolie tersebut mempunyai beberapa keuntungan yakni ramah
lingkungan karena cahaya yang dihasilkan tidak menimbulkan panas.
Penggunaannya juga lebih mudah karena bisa disandarkan di dinding atau
ditaruh di meja. Lampu ini juga ekonomis karena bisa digunakan seumur
hidup.
Karena berbasis bakteri Bioluminescence, maka bakteri yang akan mati
menimbulkan indukan baru. Kreatifitas tersebut telah berbuah penghargaan
setara emas dalam kompetisi Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM)
Mahasiswa Baru (Maba) UB 2015, 25 April lalu.
0 comments:
Post a Comment