1. Roy Grafika
Ia hanyalah seorang
pelajar sekolah menengah SMA yang sering hadir di pengajian masih
berseragam putih abu-abu di sore hari selepas sekolah. Roy Grafika
,berprawakan kurus, adalah anak yang sangat rajin mencatat isi
pengajian. Ia orang yang terbina memiliki catatan lengkap dan rapi.
Bukan sekedar lulus dan menuntaskan sekolah menengah namun disertai
dengan nilai lulus dari SMA 1 Jogja pun cukup bagus, kalau tidak salah
nilai matematikanya 10. Karena sangat terkesan dengan cara berislam yang
ilmiah, ia tidak mengambil kursi di universitas namun selepas SMA ia
mondok 2 tahun di suatu pesantren di Gresik. Sewaktu di pesantren ia
berhasil lulus seleksi untuk mendapatkan beasiswa S1 di bidang hadits di
Universitas Islam Madinah. Saat ini ia adalah Ustadz Roy Grafika, Lc,
MA (semoga Allah menjaganya !) mahasiswa S3 bidang aqidah di Universitas
Islam Madinah.
2. Firanda Andirja Firanda hanyalah mahasiswa biasa asal Papua di Jogja. Jangankan membaca kitab gundul, belajar nahwu saja dari kitab yang paling dasar yakni kitab muyassar karena ada kursus bahasa Arab dasar tahun 1999. Karena lebih tertarik belajar ilmu Islam. Ia keluar dari depertment of Chemical engineering Gadjah Mada University dan pergi ke pesantren di Bantul kurang lebih 2 tahun. Dan pernah bercerita kalau di awal-awal ia membaca kitab dengan keras-keras untuk dikoreksi a… i… u-nya oleh santri lain. Kini ia adalah Al Ustadz Abu Abdil Muhsin Firanda Andirja Lc, MA (hafidzahullah), mahasiswa doktoral bidang aqidah di Universitas Islam Madinah, S1 ia selesaikan di bidang hadits. Saya dengar selain belajar formal juga belajar non formal pada berbagai ulama di Madinah.
3. Fauzan Fauzan hanyalah mahasiswa kos asal Cirebon sebagaimana anak-anak kuliahan yang lain di sekitar Pogung, utara kampus UGM. Namun ia memiliki ketekunan dan perhatian lebih untuk sambil belajar ilmu alat beragama termasuk bahasa Arab. Selain itu juga sangat perhatian dengan regenerasi keilmuwan beragama pada generasi penerus. Hingga di salah salah satu bukunya ia tuliskan”selesaikan kuliah dulu”. Hingga ia dan kawan-kawannya merintis pesantren mahasiswa. Agar selain menguasai ilmu teknik, kedokteran, ekonomi, dll, kelak nanti kalau jadi sarjana juga menguasai bahasa arab, fiqih dan ushul fiqih. Setelah berhasil meraih gelar ST bidang teknik kimia, ia berhasil mendapatkan beasiswa S1 di universitas Madinah bahkan berhasil sampai ke jenjang master bidang agama. Ia sekarang adalah seorang yang bernama Al Ustadz Fauzan, ST, Lc, MA (semoga Allah menjaganya !), Saya tidak tahu apakah berlanjut ke doctoral saat ini. Tapi yang jelas beliau juga seorang wirausahawan yang trampil dan cekatan mencari peluang.
4. Noor Ahmad Adalah Noor Ahmad. Sewaktu mahasiswa hanyalah tipikal mahasiswa pada umumnya. Waktu itu kebanyakan mahasiswa sangat jarang interest dengan belajar pada keilmuwan klasik. Biasanya kalau sudah belajar dasar-dasar bahasa Arab atau lanjutan akan kesulitan membagi waktu untuk sinau dan belajar. Kini ia adalah Ustadz Dr. Noor Ahmad (hafidzahullah), meskipun ia seorang doktor bidang elektro, tetapi ia mampu menguasai tingkat lebih lanjut semacam ushul aqidah, mustholah hadits, ushul fiqih dll. Sehingga selain jadi dosen di jurusan elektro UGM, ia juga bisa mendidik generasi mahasiswa untuk menguasai ilmu-ilmu ini. Semoga Allah SWT menjaganya !.
5. Aris Munandar Adalah juga seorang mahasiswa UIN Jogja Aris Munandar, ia diberi perhatian lebih dalam ilmu-ilmu ushul dan metode manhaj beragama dari gurunya. Sepertinya dari tingkat SMA ia sudah sangat menguasai pokok keilmuan Islam Di tingkat kuliah ia sudah matang ilmu ushul keIslamannya. Sehingga tidak aneh ketika seorang ustadz menyampaikan suatu kitab ia mampu membetulkan ucapan ustadz tersebut. Kuliah di UIN ia selesaikan dengan baik juga hingga selang kemudian berlanjut menempuh jenjang S2 dengan baik. Kini ia adalah Ustadz Aris Munandar, MA, sosok ustadz yang bersahaja dan tawadhu’ bersama beberapa ustadz berhasil mendidik mahasiwa kuliahan umum menjadi sarjana-sarjana yang mampu berhujjah dengan dalil. Sehingga ia menjadi pendidik dan pencerah para remaja dan pemuda yang semangat dalam menuntut ilmu Agama di Jogja.
6. Taufiq Chowdry Taufiq lulus SMA dengan predikat veledicterian dan mendapatkan medali sebagai lulusan 3 terbaik di seluruh Australia. Lalu ia diterima di fakultas kedokteran Universitas Melbourne, universitas top di Australia. Di awal-awal tahun ia adalah mahasiswa yang ekselen dan panen penghargaan. Namun memandang ilmu agama penting dan kurangnya ulama di sana (pen), ia melamar dan mendapatkan beasiswa S1 belajar agama ke Timur Tengah. Begitu giatnya ia tidak puas dengan kelas formal di pagi hari. Ia menambah pelajaran pada beberapa ulama besar. Selesai belajar agama ia kembali ke Australia dan mendirikan Al Kauthar institute untuk mendidik generasi muda. Selain juga menjalankan perusahaan di bidang IT. Masih berusia muda, disamping sebagai kepala keluarga dengan cukup banyak anak, ia berhasil menyelesaikan pendidikan dokternya di Universitas Brisbane. Syaikh Tawufiqe Chowdhry, MD adalah seorang speaker yang sangat produktif di Australia-UK-Canada yang ceramahnya cukup banyak di internet. Semoga Allah menjaganya.
7. Abu Ishaq Al Huwainy Hijazi adalah anak kampung seperti biasanya. Sewaktu di SMA ia bermain ke tempat kos kakaknya di kota. Sepulang dari sholat Jumat ia melihat orang yang menjual buku eceran pinggir jalan. Salah satu yang menarik perhatiannya adalah tentang sholat yang ditulis ahli hadits abad ini Syaikh Albani. Ia tertarik setiap gerakan dan doa dalam sholat terdapat komentar dan justifikasi dalil shohih atau tidaknya di dalam buku itu dan bagaimana cara beragama terbaik, mengikuti siapa dalam beragama. Setelah mampu membeli bukunya secara utuh ia baca dan sangat terkesan dengan cara penyajian dan metodologinya yang sangat kuat pendalilan dengan hadits soheh atau lemah yang Hijazi sendiri tidak menguasai ilmu itu. Mulai saat ia bertekad untuk mengusai ilmu tentang hadits dan bagaimana mengklasifikasikannya. Sehingga Sewaktu kuliah di jurusan Bahasa Spanyol di suatu universitas di Kairo, siang kuliah malam belajar ilmu hadits pada berbagai guru. Ia bertemu dengan Syaikh Khisk dan menasehati, “wahai anakku belajarlah (tentang hadits) sebelum mempelajari kuliah yang lain. Sebelum berangkat kuliah ia menemui gurunya untuk belajar, sampai terucap “ saya malu kalau kokok ayam jantan mendahului membangunkanku. Setelah lulus S1 ia mendapatkan beasiswa pergi ke Spanyol untuk memperdalam bahasa Spanyol di institute kebahasaan di sana. Namun karena kurang tertarik lebih jauh maka tidak ia teruskan memperdalam bahasa Spanyol. Ia kembali ke Mesir siang bekerja di toko dan malam belajar pada berbagai guru termasuk Sayid Sabiq (Penulis Fiqush Sunnah), keterbatasan dana ia siasati dengan masuk ke perpustakaan yang menyediakan kitab-kitab klasik. Hingga ia berhasil menyusun buku terkait hadits, yang dibaca oleh Syaikh Albani sewaktu ke Kairo dan tidak mereka tidak saling bertemu. Syaikh Albani impressed ternyata ada pemuda yang telah berhasil mengikuti beliau dalam metodologi ilmu hadits. Hijazi ini berangkat ke Jordania tinggal 1 bulan untuk belajar di tempat Syaikh Albani. Lalu bergurulah ke Saudi ke ulama ahli hadits Syaikh Bin Baaz, Utsaimin dll. Hijazi ini adalah Syaikh Abu Ishaq Al Huwainy, salah satu ulama pakar hadits abad ini. Lihatlah beliau memiliki latar belakang pendidikan formal non agama, sastra Spanyol yang mungkin jurusan yang tidak terlalu elit, namun dengan asbab terinspirasi timbul semangat yang menyala-nyala sehingga menjadi seseorang yang berkontribusi kuat dalam keilmuan Islam. Tak terasa waktu panjang telah berlalu lewat tanpa pengetahuan dan cantolan ilmu beragama yang cukup. Fokus dan arah telah menjebak pada posisi berlebihan yang tidak ada ujung pangkalnya. Urusan dunia memang perlu namun pengetahuan dasar-dasar beragama secara ilmiah merupakan bagian kehidupan yang hakiki. Sayang telah terpinggirkan, bukan urusan penting dan actual. Wahai para pemuda, jangan sia-siakan waktu Anda untuk terkesima dengan beragama dengan cara haroki. Terkesan indah namun tidak asli. Terkesan aktual dan popular namun tidak hakiki. Terkesan modern dan hebat namun tidak lestari. Seperti mainan anak-anak kecil di masanya, akan lenyap dengan cepat diganti oleh gaya dan trend yang lebih gokil dan terkini. Anda yang terpesona dengan fitnah dan membicarakan ustadz dan dai fulan adalah hizbiyah dan sururi bukan ustadz terpecaya, berhentilah bukan porsi Anda untuk membicarakan dan berbisik-bisik. Ada yang lebih berhak dan sudah ada orang yakni ulama berkapasitas. Umur terlalu pendek dan waktu untuk membicarakan fitnah yang tidak bertepi. Yang belum sama sekali bisa bahasa Arab pelajarilah kitab nahwu muyassar, meningkat ajrumiyah, mulakhos dst. Pelajarilah hakekat aqidah, ringkasan fiqih dst. Insyalah akan lebih menghujam dan menjadi panduan beragama Anda. Isilah fase muda menjadi tiang yang kuat yang hidup dan menebar kebaikan. Jika tidak, waktu umur 45-50an dan masa setengah baya Anda akan sangat menyesal.
Otak Saya Tumpul dan Bodoh ? Dikisahkan bahwa seorang pelajar yang bernama Kisai belajar tata bahasa arab namun tidak paham-paham dan hampir putus asa. Suatu saat ini melihat seekor semut yang berusaha membawa makanan naik ke dinding namun terjatuh berkali-kali. Semut itu mencoba mengangkat lagi namun jatuh lagi sampai berkali-kali hingga pada percobaan si semut berhasil membawa dan mengangkut makanan mendaki dinding ke atas. Terinspirasi oleh usaha keras si semut, Kisai berusaha belajar lebih baik lagi dan lagi. Hingga akhirnya ia dikenal sebagai Imam Al Kisai, salah seorang imam ilmu nahwu, ilmu yang dulu ia sangat sulit mempelajarinya. Namun janglanlah jika inspirasi Anda dari air yang menetes pada batu yang akhirnya memecahkan struktur batu itu, tentu sedikit tidak relevan karena jangka waktu terlalu lama……… Penulis : Azis Saifudin Dari Artikel "Kita Bisa Seperti Mereka, Insyaa-Allaah.." Sweetness of Knowledge
2. Firanda Andirja Firanda hanyalah mahasiswa biasa asal Papua di Jogja. Jangankan membaca kitab gundul, belajar nahwu saja dari kitab yang paling dasar yakni kitab muyassar karena ada kursus bahasa Arab dasar tahun 1999. Karena lebih tertarik belajar ilmu Islam. Ia keluar dari depertment of Chemical engineering Gadjah Mada University dan pergi ke pesantren di Bantul kurang lebih 2 tahun. Dan pernah bercerita kalau di awal-awal ia membaca kitab dengan keras-keras untuk dikoreksi a… i… u-nya oleh santri lain. Kini ia adalah Al Ustadz Abu Abdil Muhsin Firanda Andirja Lc, MA (hafidzahullah), mahasiswa doktoral bidang aqidah di Universitas Islam Madinah, S1 ia selesaikan di bidang hadits. Saya dengar selain belajar formal juga belajar non formal pada berbagai ulama di Madinah.
3. Fauzan Fauzan hanyalah mahasiswa kos asal Cirebon sebagaimana anak-anak kuliahan yang lain di sekitar Pogung, utara kampus UGM. Namun ia memiliki ketekunan dan perhatian lebih untuk sambil belajar ilmu alat beragama termasuk bahasa Arab. Selain itu juga sangat perhatian dengan regenerasi keilmuwan beragama pada generasi penerus. Hingga di salah salah satu bukunya ia tuliskan”selesaikan kuliah dulu”. Hingga ia dan kawan-kawannya merintis pesantren mahasiswa. Agar selain menguasai ilmu teknik, kedokteran, ekonomi, dll, kelak nanti kalau jadi sarjana juga menguasai bahasa arab, fiqih dan ushul fiqih. Setelah berhasil meraih gelar ST bidang teknik kimia, ia berhasil mendapatkan beasiswa S1 di universitas Madinah bahkan berhasil sampai ke jenjang master bidang agama. Ia sekarang adalah seorang yang bernama Al Ustadz Fauzan, ST, Lc, MA (semoga Allah menjaganya !), Saya tidak tahu apakah berlanjut ke doctoral saat ini. Tapi yang jelas beliau juga seorang wirausahawan yang trampil dan cekatan mencari peluang.
4. Noor Ahmad Adalah Noor Ahmad. Sewaktu mahasiswa hanyalah tipikal mahasiswa pada umumnya. Waktu itu kebanyakan mahasiswa sangat jarang interest dengan belajar pada keilmuwan klasik. Biasanya kalau sudah belajar dasar-dasar bahasa Arab atau lanjutan akan kesulitan membagi waktu untuk sinau dan belajar. Kini ia adalah Ustadz Dr. Noor Ahmad (hafidzahullah), meskipun ia seorang doktor bidang elektro, tetapi ia mampu menguasai tingkat lebih lanjut semacam ushul aqidah, mustholah hadits, ushul fiqih dll. Sehingga selain jadi dosen di jurusan elektro UGM, ia juga bisa mendidik generasi mahasiswa untuk menguasai ilmu-ilmu ini. Semoga Allah SWT menjaganya !.
5. Aris Munandar Adalah juga seorang mahasiswa UIN Jogja Aris Munandar, ia diberi perhatian lebih dalam ilmu-ilmu ushul dan metode manhaj beragama dari gurunya. Sepertinya dari tingkat SMA ia sudah sangat menguasai pokok keilmuan Islam Di tingkat kuliah ia sudah matang ilmu ushul keIslamannya. Sehingga tidak aneh ketika seorang ustadz menyampaikan suatu kitab ia mampu membetulkan ucapan ustadz tersebut. Kuliah di UIN ia selesaikan dengan baik juga hingga selang kemudian berlanjut menempuh jenjang S2 dengan baik. Kini ia adalah Ustadz Aris Munandar, MA, sosok ustadz yang bersahaja dan tawadhu’ bersama beberapa ustadz berhasil mendidik mahasiwa kuliahan umum menjadi sarjana-sarjana yang mampu berhujjah dengan dalil. Sehingga ia menjadi pendidik dan pencerah para remaja dan pemuda yang semangat dalam menuntut ilmu Agama di Jogja.
6. Taufiq Chowdry Taufiq lulus SMA dengan predikat veledicterian dan mendapatkan medali sebagai lulusan 3 terbaik di seluruh Australia. Lalu ia diterima di fakultas kedokteran Universitas Melbourne, universitas top di Australia. Di awal-awal tahun ia adalah mahasiswa yang ekselen dan panen penghargaan. Namun memandang ilmu agama penting dan kurangnya ulama di sana (pen), ia melamar dan mendapatkan beasiswa S1 belajar agama ke Timur Tengah. Begitu giatnya ia tidak puas dengan kelas formal di pagi hari. Ia menambah pelajaran pada beberapa ulama besar. Selesai belajar agama ia kembali ke Australia dan mendirikan Al Kauthar institute untuk mendidik generasi muda. Selain juga menjalankan perusahaan di bidang IT. Masih berusia muda, disamping sebagai kepala keluarga dengan cukup banyak anak, ia berhasil menyelesaikan pendidikan dokternya di Universitas Brisbane. Syaikh Tawufiqe Chowdhry, MD adalah seorang speaker yang sangat produktif di Australia-UK-Canada yang ceramahnya cukup banyak di internet. Semoga Allah menjaganya.
7. Abu Ishaq Al Huwainy Hijazi adalah anak kampung seperti biasanya. Sewaktu di SMA ia bermain ke tempat kos kakaknya di kota. Sepulang dari sholat Jumat ia melihat orang yang menjual buku eceran pinggir jalan. Salah satu yang menarik perhatiannya adalah tentang sholat yang ditulis ahli hadits abad ini Syaikh Albani. Ia tertarik setiap gerakan dan doa dalam sholat terdapat komentar dan justifikasi dalil shohih atau tidaknya di dalam buku itu dan bagaimana cara beragama terbaik, mengikuti siapa dalam beragama. Setelah mampu membeli bukunya secara utuh ia baca dan sangat terkesan dengan cara penyajian dan metodologinya yang sangat kuat pendalilan dengan hadits soheh atau lemah yang Hijazi sendiri tidak menguasai ilmu itu. Mulai saat ia bertekad untuk mengusai ilmu tentang hadits dan bagaimana mengklasifikasikannya. Sehingga Sewaktu kuliah di jurusan Bahasa Spanyol di suatu universitas di Kairo, siang kuliah malam belajar ilmu hadits pada berbagai guru. Ia bertemu dengan Syaikh Khisk dan menasehati, “wahai anakku belajarlah (tentang hadits) sebelum mempelajari kuliah yang lain. Sebelum berangkat kuliah ia menemui gurunya untuk belajar, sampai terucap “ saya malu kalau kokok ayam jantan mendahului membangunkanku. Setelah lulus S1 ia mendapatkan beasiswa pergi ke Spanyol untuk memperdalam bahasa Spanyol di institute kebahasaan di sana. Namun karena kurang tertarik lebih jauh maka tidak ia teruskan memperdalam bahasa Spanyol. Ia kembali ke Mesir siang bekerja di toko dan malam belajar pada berbagai guru termasuk Sayid Sabiq (Penulis Fiqush Sunnah), keterbatasan dana ia siasati dengan masuk ke perpustakaan yang menyediakan kitab-kitab klasik. Hingga ia berhasil menyusun buku terkait hadits, yang dibaca oleh Syaikh Albani sewaktu ke Kairo dan tidak mereka tidak saling bertemu. Syaikh Albani impressed ternyata ada pemuda yang telah berhasil mengikuti beliau dalam metodologi ilmu hadits. Hijazi ini berangkat ke Jordania tinggal 1 bulan untuk belajar di tempat Syaikh Albani. Lalu bergurulah ke Saudi ke ulama ahli hadits Syaikh Bin Baaz, Utsaimin dll. Hijazi ini adalah Syaikh Abu Ishaq Al Huwainy, salah satu ulama pakar hadits abad ini. Lihatlah beliau memiliki latar belakang pendidikan formal non agama, sastra Spanyol yang mungkin jurusan yang tidak terlalu elit, namun dengan asbab terinspirasi timbul semangat yang menyala-nyala sehingga menjadi seseorang yang berkontribusi kuat dalam keilmuan Islam. Tak terasa waktu panjang telah berlalu lewat tanpa pengetahuan dan cantolan ilmu beragama yang cukup. Fokus dan arah telah menjebak pada posisi berlebihan yang tidak ada ujung pangkalnya. Urusan dunia memang perlu namun pengetahuan dasar-dasar beragama secara ilmiah merupakan bagian kehidupan yang hakiki. Sayang telah terpinggirkan, bukan urusan penting dan actual. Wahai para pemuda, jangan sia-siakan waktu Anda untuk terkesima dengan beragama dengan cara haroki. Terkesan indah namun tidak asli. Terkesan aktual dan popular namun tidak hakiki. Terkesan modern dan hebat namun tidak lestari. Seperti mainan anak-anak kecil di masanya, akan lenyap dengan cepat diganti oleh gaya dan trend yang lebih gokil dan terkini. Anda yang terpesona dengan fitnah dan membicarakan ustadz dan dai fulan adalah hizbiyah dan sururi bukan ustadz terpecaya, berhentilah bukan porsi Anda untuk membicarakan dan berbisik-bisik. Ada yang lebih berhak dan sudah ada orang yakni ulama berkapasitas. Umur terlalu pendek dan waktu untuk membicarakan fitnah yang tidak bertepi. Yang belum sama sekali bisa bahasa Arab pelajarilah kitab nahwu muyassar, meningkat ajrumiyah, mulakhos dst. Pelajarilah hakekat aqidah, ringkasan fiqih dst. Insyalah akan lebih menghujam dan menjadi panduan beragama Anda. Isilah fase muda menjadi tiang yang kuat yang hidup dan menebar kebaikan. Jika tidak, waktu umur 45-50an dan masa setengah baya Anda akan sangat menyesal.
Otak Saya Tumpul dan Bodoh ? Dikisahkan bahwa seorang pelajar yang bernama Kisai belajar tata bahasa arab namun tidak paham-paham dan hampir putus asa. Suatu saat ini melihat seekor semut yang berusaha membawa makanan naik ke dinding namun terjatuh berkali-kali. Semut itu mencoba mengangkat lagi namun jatuh lagi sampai berkali-kali hingga pada percobaan si semut berhasil membawa dan mengangkut makanan mendaki dinding ke atas. Terinspirasi oleh usaha keras si semut, Kisai berusaha belajar lebih baik lagi dan lagi. Hingga akhirnya ia dikenal sebagai Imam Al Kisai, salah seorang imam ilmu nahwu, ilmu yang dulu ia sangat sulit mempelajarinya. Namun janglanlah jika inspirasi Anda dari air yang menetes pada batu yang akhirnya memecahkan struktur batu itu, tentu sedikit tidak relevan karena jangka waktu terlalu lama……… Penulis : Azis Saifudin Dari Artikel "Kita Bisa Seperti Mereka, Insyaa-Allaah.." Sweetness of Knowledge
0 comments:
Post a Comment