"Karena mahasiswa yang sedang skripsi butuh dipahami"
"Udah nggak ambil kuliah, kok skripsinya belum selesai-selesai?"
Satu kalimat. Sederhana. Berjuta makna. Berjuta rasa. Terutama buat kita semua yang sedang menjalani skripsi.
Satu kalimat. Sederhana. Berjuta makna. Berjuta rasa. Terutama buat kita semua yang sedang menjalani skripsi.
Mungkin, mereka yang sampai hati melontarkan kalimat itu tak memahami penderitaan para mahasiswa skripsi.
1. Eneg ngeliat buku di perpustakaan
Referensi. Referensi. Referensi. Jurnal. Skripsi alumni. Diktat. Entah di perpustakaan kampus, di perpustakaan daerah, atau di perpustakaan pribadi (maksudnya, harus beli). Yang pasti, para mahasiswa skripsi pastinya harus tegar bolak-balik ke tempat ini. Kata dosen, biar memperkaya ilmu dalam adu argumen.
Referensi. Referensi. Referensi. Jurnal. Skripsi alumni. Diktat. Entah di perpustakaan kampus, di perpustakaan daerah, atau di perpustakaan pribadi (maksudnya, harus beli). Yang pasti, para mahasiswa skripsi pastinya harus tegar bolak-balik ke tempat ini. Kata dosen, biar memperkaya ilmu dalam adu argumen.
2. Eneg ngeliat laptop
Cari bahan tambahan di internet, kata dosen. Apa daya, kehabisan paket internet. Jadi haruslah merogoh kocek untuk ke warnet. Walaupun pada akhirnya berakhir dengan surfing bebas di internet. *yang diikuti derai air mata dua jam kemudian karena tersadar malah cari hiburan bukan bahan buat skripsi"
3. Duit sekarat
Print. Kertas. Tinta. Entah ada berapa ratus lembar. Sekalinya dilihat dosen cuma lima menit, coretan besar melintang. Ganti. Revisi. Print lagi. Sakitnya nggak cuma di dompet, tapi juga di hati, gan.
Print. Kertas. Tinta. Entah ada berapa ratus lembar. Sekalinya dilihat dosen cuma lima menit, coretan besar melintang. Ganti. Revisi. Print lagi. Sakitnya nggak cuma di dompet, tapi juga di hati, gan.
4. Kering nungguin dosen
Janjinya jam satu. Berjam-jam kemudian baru nongol. Tetep mesti pasang senyum meski hati mendongkol.
Janjinya jam satu. Berjam-jam kemudian baru nongol. Tetep mesti pasang senyum meski hati mendongkol.
5. Terlibat cinta segitiga: mahasiswa-skripsi-dosen pembimbing
Ini mimpi buruknya dari segala mimpi buruk. Kitanya ingin buat apa, dosennya mengarahkan ke mana. Belum jika dosen pembimbingnya ada dua. Siap-siap aja, terbuang sekian banyak cucuran energi, keringat, air mata dan rambut yang rontok.
Ini mimpi buruknya dari segala mimpi buruk. Kitanya ingin buat apa, dosennya mengarahkan ke mana. Belum jika dosen pembimbingnya ada dua. Siap-siap aja, terbuang sekian banyak cucuran energi, keringat, air mata dan rambut yang rontok.
6. Kurang tidur
Pinginnya sih bisa kerja skripsi siang hari atau sore hari. Apa daya ide baru muncul di kala malam. Sementara siang, harus berkeliling mencari nafkah referensi.
7. Kesepian
Masuk di masa skripsi, rasanya semua teman yang dulu sering pergi ramai-ramai mendadak menghilang. Ada yang sibuk skripsi, ada yang masih ngejar SKS yang tertinggal, ada yang udah lulus. Hiks. Nelangsa gitu rasanya.
Masuk di masa skripsi, rasanya semua teman yang dulu sering pergi ramai-ramai mendadak menghilang. Ada yang sibuk skripsi, ada yang masih ngejar SKS yang tertinggal, ada yang udah lulus. Hiks. Nelangsa gitu rasanya.
8. Emosi nggak stabil
Yah, puncak dari semuanya, mahasiswa skripsi masih dibilang labil pula. Apalagi kalau dengar pertanyaan "Sudah sampai bab berapa?" Harap maklumi kami dong kalau kami jadi suka marah-marah gak jelas, kadang nangis, kadang ketawa histeris, kadang (terpaksa) ngurung diri di kamar.
Yah, itu semua kami lakoni demi skripsi.
Tapi nggak apa-apa, kami semua ikhlas melakoni semuanya asal bisa melihat senyum bangga orang tua yang mengembang di hari wisuda.
Sumber : www.idntimes.com
0 comments:
Post a Comment