Rasman, alumnus Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) sukses menjadi salah satu penerima beasiswa Lembaga Pengelolaan Dana Pendidikan (LPDP) tahun 2015. Rencananya, pada tanggal 29 September 2015 nanti, dia akan terbang ke Inggris untuk melanjutkan pendidikan di University of Birmingham.
Nah, buat kamu yang berminat untuk kuliah di luar negeri, pengalaman Rasman saat mengikuti seleksi LPDP berikut ini bisa kamu jadikan tambahan informasi seputar beasiswa ini. Secara eksklusif kepada brilio.net, pemuda asal Cilacap ini membagikan pengalamannya menjalani seleksi dari proses administrasi sampai lolos wawancara.
Berikut pemaparannya:
1. Secara kronologis, saya diwisuda pada 31 Agustus 2014 dan mengirimkan berkas ke LPDP tanggal 10 November 2014. Sedangkan pengumuman lolos seleksi berkas pada 6 Januari 2015. Untuk seleksi wawancara dan Leaderless Group Discussion (LGD) diadakan pada 13-14 Februari 2015, dan pengumuman lolos wawancara Maret 2015. Jadi sekitar 5-6 bulan proses untuk mempersiapkan berkas sampai lolos wawancara.
2. Untuk seleksi administrasi, hal yang perlu dipersiapkan terutama adalah TOEFL 550/IELTS 6.5 (untuk studi ke luar negeri), essay, dan surat rekomendasi. Isi formulir dengan lengkap. Jika sudah mendapat LoA (Letter of Acceptance) dari universitas yang ingin dituju, harap dilampirkan.
3. Pertama, tentukan universitas yang hendak kamu tuju. Pastikan juga universitas tersebut mempunyai ranking dan akreditasi yang bagus. Untuk mengeceknya, bisa dilihat di QS World Universities Ranking. Ingat bahwa ranking universitas dan ranking jurusan itu dua hal yang berbeda. Bisa jadi ranking universitasnya tinggi, tapi ranking jurusannya rendah.
Setelah itu, cek pula mata kuliah yang hendak kamu tuju, apakah sesuai dengan karirmu ke depan dan siapa saja profesor yang akan mengajar. Ini penting terutama nanti ketika kamu mengikuti seleksi wawancara.
4. Khusus untuk essay, ini digunakan reviewer untuk melihat profil kamu. Jadi pastikan deskripsikan tentang dirimu secara jelas (masa lalu, sekarang dan rencana ke depan). Pastikan ketiganya saling berkaitan untuk menunjukkan keseriusanmu dalam bidang yang akan kamu tekuni ke depannya.
Dan yang tidak kalah penting, tunjukkan bahwa profesimu ke depan adalah profesi yang akan sangat diperlukan bagi Indonesia dan kamu siap berkontribusi. Menuliskan prestasi di lembar essay sah-sah saja, tapi ingat bahwa itu hanyalah bumbu. Tulis sewajarnya, relevan dan memang kamu unggulkan saja. Pasalnya, kamu sudah diberi kesempatan untuk menulis daftar prestasi di lembar formulir. Yang terpenting adalah tunjukkan karaktermu melalui cerita dan pengalaman dan visi ke depan.
5. Untuk TOEFL/IELTS, jika belum memenuhi skornya, pastikan kamu membuat jadwal reguler untuk terus berlatih, bisa sendiri atau dengan teman-temanmu. Atau lebih baik lagi mengikuti kursus bahasa. Tidak murah memang, akan tetapi investasi tersebut tidak akan sia-sia. Percayalah!
6. Mintalah surat rekomendasi kepada dosen yang mengenalmu dengan baik, biasanya kepada pembimbing skripsi, tapi itu tidak selalu. Mengenai jabatan, tidak harus dosen yang mempunyai jabatan tinggi. Akan tetapi, kalau dosen yang mempunyai jabatan itu mengenalmu dengan baik maka mintalah surat rekomendasi kepadanya.
7. Untuk LGD dan Wawancara, saya dijadwalkan mengikuti wawancara pada tanggal 14 Februari 2014. Tanggal 13 Februari, sehari sebelumnya, saya mengikuti LGD. Pada tahap Leaderless Group Discussion (LGD), kamu akan dimasukkan ke kelompok terdiri dari 7-8 orang. Kamu nantinya diberikan waktu sekitar 30 menit untuk membahas sebuah topik sampai dengan menyimpulkannya. Dalam LGD, tidak diharuskan memilih ketua, sekretaris, dll.
Sepengetahuan saya, LGD bertujuan untuk melihat caramu berkomunikasi, gagasanmu, dan yang juga tidak kalah penting bagaimana kamu bekerjasama dengan orang lain. Pastikan juga kamu bisa menginisiasi, memberikan kesempatan orang lain berpendapat, dan menyimpulkan. Akan tetapi, jangan sampai sikapmu terkesan mendominasi jalannya diskusi.
Topik yang saya dapatkan kemarin yaitu mengenai tarif tiket murah Air Asia dan hubungannya dengan keamanan pesawat terbang. Kelompok lain ada yang mendapatkan topik hukuman mati, kisruh KPK-Polri, dan isu-isu hangat lainnya. Tes ini akan dinilai oleh 2-3 psikolog.
8. Tanggal 14 Februari 2014, saya mengikuti tes wawancara. Pewawancara terdiri dari 3 orang yang terdiri dari psikolog dan akademisi. Psikolog menanyakan tentang kehidupan personal kamu (keluarga, motivasi, masa kecil, kelebihan-dan-kekurangan, visi ke depan, dll). Sedangkan akademisi menanyakan rencana studimu (pengalaman akademik di kampus, kepahaman terhadap universitas yang akan dituju, rencana penelitian, dan profesi apa yang akan kamu tekuni setelah lulus beserta dengan kontribusimu kepada negara).
9. Pengalaman saat saya mengikuti seleksi wawancara kemarin, banyak teman yang merasa diinterogasi dan diintimidasi. Ada yang satu pertanyaan terus dikejar sampai dia tidak bisa menjawab. Saat saya mengkiti wawancara, alhamdulillah tidak ada pertanyaan seperti itu. Kenapa? Kalau menurut pandangan subjektif saya, saya menjawab pertanyaan secara rinci dan detail. Misalnya, saya ditanya kenapa di University of Birmingham, saya berikan alasan tentang ranking universitasnya, nama-nama mata kuliah yang akan saya tuju, dosen yang akan mengajar, dan rencana penelitian.
Jika seperti itu, saya rasa pewawancara akan yakin bahwa kamu sudah siap. Berbeda halnya ketika kamu menjawab dengan jawaban yang klise/umum, seperti karena Inggris adalah negara maju, atau penjelasanmu berhenti sampai mengenai ranking. Jika seperti itu bisa jadi pewawancara akan bertanya lagi: Kenapa harus di Univ A bukan di Univ B? Kenapa di negara A bukan di negara B? Dan seterusnya. Pastikan universitas yang kamu tuju mempunyai hal spesifik yang hanya bisa kamu temukan di universitas tersebut.
10. Ini juga berlaku untuk pertanyaan-pertanyaan lainnya baik tentang pertanyaan personal maupun akademis. Jangan memberikan jawaban yang umum, karena itu akan menjadi celah bagi pewawancara untuk menginterogasimu dan hal itu dapat menjadi pertanda bahwa kamu tidak siap dan tidak sungguh-sungguh.
11. Secara keseluruhan, baik dalam maupun luar negeri, ada 585 orang yang mengikuti seleksi wawancara dan hanya 163 orang yang diterima. Artinya, ada sekitar 25 persen yang diterima. Namun itu bukan berarti bahwa tiap tahap yang diterima hanya 25 persen. Karena LPDP tidak ada kuota khusus. Bisa jadi 75 persen sisanya hanya tidak memenuhi standar yang ditetapkan oleh LPDP.
Nah, itu tadi beberapa kiat-kiat mengikuti seleksi beasiswa LPDP berdasarkan pengalaman yang dialami Rasman. Bagimana? Kamu siap untuk jadi penerima beasiswa LPDP selanjutnya? Selamat berjuang ya guys!
0 comments:
Post a Comment