GARISSA -
Pelaku pembantaian di Garissa University College, Kenya, benar-benar
kelompok pembunuh berdarah dingin. Mereka melakukan aksi barbarnya pada
Kamis (2/4) itu dengan santai. Bahkan, saksi mata menyebutkan, para
penyerang menembaki satu per satu mahasiswa sembari tertawa-tawa.
Salias Omosa, 20, mahasiswa yang
mengalami luka tembak menuturkan bahwa pelaku memilah antara mahasiswa
muslim dan nonmuslim tanpa konfirmasi. Mereka dipisahkan hanya berdasar
baju yang dikenakan. Karena itu, korban yang berjatuhan akhirnya bukan
hanya dari umat kristiani, tetapi juga muslim.
Jumat (3/4) pemerintah Kenya memastikan
bahwa total ada 147 orang yang tewas dalam serangan tersebut. Korban
luka-luka mencapai lebih dari 75 orang. Banyaknya korban tewas membuat
kamar mayat di Garissa tidak mampu menampung seluruh korban. Saat ini
sebagian besar korban tewas dipindah ke Nairobi untuk proses
identifikasi.
"Operasi ini berjalan sukses. Empat
teroris (pelaku penyerangan) telah dibunuh," ujar Menteri Dalam Negeri
Kenya Joseph Nkaissery. Sejatinya, pelakunya berjumlah lima orang.
Seorang lainnya berhasil ditembak mati saat melarikan diri, tepatnya
beberapa jam setelah serangan. Pasukan keamanan Kenya baru berhasil
melumpuhkan seluruh pelaku setelah 15 jam pasca serangan.
Kepala Polisi Kenya Joseph Boinet mengungkapkan, saat ini mereka sedang mengejar dalang utama di balik penyerangan itu yang bernama Mohamed Mohamud. Pemerintah Kenya menawarkan uang USD 215 ribu (Rp 2,8 miliar) untuk informasi yang bisa mengarah pada penangkapan Mohamud alias Dulyadin tersebut.
Kepala Polisi Kenya Joseph Boinet mengungkapkan, saat ini mereka sedang mengejar dalang utama di balik penyerangan itu yang bernama Mohamed Mohamud. Pemerintah Kenya menawarkan uang USD 215 ribu (Rp 2,8 miliar) untuk informasi yang bisa mengarah pada penangkapan Mohamud alias Dulyadin tersebut.
Meski banyak mahasiswa yang berhasil
selamat, kejadian itu akan sangat membekas di kepala mereka. Kesadisan
Al Shabaab tergambar jelas dalam ingatan para korban yang terluka.
Mereka menyerang pada pagi, yakni saat sebagian besar mahasiswa masih
tidur.
Di Garissa University College, sebagian
besar mahasiswanya memang tinggal di asrama kampus. Begitu mendengar
tembakan, sebagian besar mahasiswa kalang kabut melarikan diri. Nahas,
mereka yang berpapasan dengan lima pelaku langsung disambut tembakan
peluru.
Begitu masuk kampus, para pelaku
langsung menuju ruang doa untuk umat kristiani dan menembaki orang-orang
di ruang tersebut. Setelah itu, mereka pergi ke ruangan-ruangan lain
dan mengumpulkan sandera di hall untuk dieksekusi.
Para pelaku juga menganggap penyerangan tersebut layaknya permainan. Mereka menyuruh beberapa perempuan berguling-guling di genangan darah para korban sebelum akhirnya ikut ditembak. Korban bahkan diminta menelepon orang tuanya untuk memberitahukan bahwa mereka sedang sekarat dan mengatakan ini semua karena Presiden Kenya Uhuru Kenyatta yang mengirimkan pasukan ke Somalia untuk memerangi Al Shabaab.
"Setelah menelepon orang tuanya, mereka ditembak," ujar Amuna Geoffreys, mahasiswa.
Para pelaku juga menganggap penyerangan tersebut layaknya permainan. Mereka menyuruh beberapa perempuan berguling-guling di genangan darah para korban sebelum akhirnya ikut ditembak. Korban bahkan diminta menelepon orang tuanya untuk memberitahukan bahwa mereka sedang sekarat dan mengatakan ini semua karena Presiden Kenya Uhuru Kenyatta yang mengirimkan pasukan ke Somalia untuk memerangi Al Shabaab.
"Setelah menelepon orang tuanya, mereka ditembak," ujar Amuna Geoffreys, mahasiswa.
Kengerian juga diungkapkan para petugas
medis yang diterjunkan ke lokasi kejadian. Beberapa siswa berpura-pura
tewas dengan melumuri bajunya dengan darah dan bersembunyi di antara
jenazah kawan-kawannya. Ada pula yang berdiam di atap dan lemari. Hall
penuh dengan darah dan mayat yang bergelimpangan.
"Saya telah melihat banyak hal, tapi
tidak ada yang seperti ini. Ada mayat di mana-mana yang berjajar seperti
dieksekusi. Kami melihat orang dengan kepala pecah tertembus peluru,
luka tembak di mana-mana," tutur petugas medis Komite Keselamatan
Internasional (IRC) Reuben Nyaora. Seluruh korban tewas ditembak dari
belakang di area punggung dan kepala.
Banyak pihak yang mengecam serangan
tersebut. Salah satunya, Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama.
Selain mengungkapkan rasa belasungkawa atas semua korban, dia menawarkan
bantuan pendampingan untuk memerangi Al Shabaab.
Buntut dari penyerangan maut itu,
menteri pendidikan Kenya menutup sementara Garissa University College
mulai kemarin. Tidak ada batasan waktu terkait dengan penutupan
tersebut. Para mahasiswa yang berhasil selamat tanpa luka dikumpulkan di
bandara untuk diterbangkan pulang ke kampung halaman masing-masing.Sumber : www.jpnn.com
0 comments:
Post a Comment